Episode 7: Kisah dari Langit
Setelah berubah menjadi uap dan bergabung dengan awan, aku menghabiskan beberapa waktu melayang di langit. Dunia di atas ini terasa sangat berbeda. Aku terbawa angin, melintasi daratan dan lautan, menyaksikan bumi dari ketinggian yang belum pernah kubayangkan sebelumnya. Dari atas sini, segalanya terlihat kecil, tetapi indah. Sawah-sawah hijau, pegunungan yang menjulang, kota-kota yang sibuk, dan hutan-hutan yang rimbun, semuanya terlihat seperti lukisan yang hidup.
Namun, kehidupan di awan tak sepenuhnya damai. Kami, tetesan-tetesan air, berkumpul dan saling bercerita tentang perjalanan kami, tetapi ada juga gesekan di antara kami. Ketika udara menjadi semakin dingin, kami mulai membeku. Di saat yang sama, tekanan di dalam awan meningkat, mendorong kami untuk segera kembali ke bumi.
“Sudah waktunya,” kata salah satu tetesan di sampingku. “Kita akan turun sebagai hujan.”
Aku merasa gugup sekaligus bersemangat. Perjalanan ini akan membawa kami ke tempat yang tak terduga.
Ketika kami mulai jatuh, rasanya seperti menari di udara. Aku meluncur bersama jutaan tetesan lainnya, diterpa angin yang membawa kami ke segala arah. Beberapa dari kami jatuh di atas hutan, beberapa di atas gunung, dan aku… aku jatuh di atas sebuah kota besar.
Kota itu penuh dengan kehidupan. Aku melihat mobil-mobil melaju di jalanan, orang-orang berjalan tergesa-gesa dengan payung di tangan, dan anak-anak yang tertawa riang bermain di genangan air.
“Selamat datang di kehidupan kota,” kata sebuah tetesan yang jatuh bersamaku.
“Apa yang bisa kita lakukan di sini?” tanyaku.
“Kita bisa membantu,” jawabnya. “Hujan adalah berkah bagi siapa pun, bahkan di kota yang sibuk seperti ini. Kita membersihkan udara, mengisi kembali sumber air, dan memberikan kesegaran di tengah panasnya aspal.”
Aku merasa lega mendengar kata-katanya. Meski kota ini tampak sibuk dan penuh polusi, aku tahu bahwa kehadiranku membawa manfaat.
Namun, aku segera menyadari bahwa tidak semua orang senang dengan hujan. Beberapa orang tampak kesal karena pakaian mereka basah, jalanan menjadi licin, dan beberapa area mulai tergenang air.
“Lihat itu,” kata sebuah tetesan lain, menunjuk ke arah selokan yang penuh sampah. “Mereka tidak menjaga lingkungannya dengan baik. Sampah-sampah itu menyumbat saluran air, menyebabkan banjir di mana-mana.”
Aku merasa sedih melihat pemandangan itu. Sebagai Air Murni, aku selalu ingin membantu, tetapi seringkali manusia menciptakan masalah yang membuat tugas kami semakin sulit.
Ketika aku akhirnya menyentuh tanah, aku meresap ke dalam tanah yang basah. Rasanya seperti kembali ke pelukan bumi. Aku menyusup ke dalam pori-pori tanah, bergabung dengan air tanah yang mengalir pelan menuju sumber-sumber air bawah tanah.
Di dalam tanah, aku menemukan ketenangan. Tidak ada kebisingan kota atau polusi. Di sini, aku bertemu dengan tetesan-tetesan air yang telah lama tinggal di bawah tanah.
“Selamat datang,” kata salah satu dari mereka. “Kau kini menjadi bagian dari aliran bawah tanah. Kami adalah penjaga cadangan air yang digunakan manusia dan makhluk hidup lainnya.”
“Apa yang akan terjadi padaku sekarang?” tanyaku.
“Kau akan mengalir perlahan, mungkin selama bertahun-tahun, hingga akhirnya mencapai mata air atau sumur yang akan membawamu kembali ke permukaan.”
Aku merasa takjub. Perjalanan ini memang tak pernah berakhir. Aku terus bergerak, berubah bentuk, dan menjalani fase-fase baru dalam siklusku.
Setelah beberapa waktu, aku akhirnya mencapai sebuah sumur yang dalam. Dari sana, aku diambil oleh seorang petani yang menggunakan air sumur itu untuk menyirami tanaman di ladangnya. Aku meresap ke akar-akar tanaman, membantu mereka tumbuh dan menghasilkan buah yang segar.
“Terima kasih,” bisik pohon itu padaku.
“Kau telah memberi kehidupan pada kami,” tambahnya.
Aku merasa bahagia. Meskipun perjalananku penuh tantangan, aku selalu menemukan cara untuk membawa manfaat ke mana pun aku pergi.
Namun, aku tahu bahwa perjalananku belum selesai. Cepat atau lambat, aku akan kembali ke sungai, laut, atau awan, melanjutkan siklus yang tak pernah berhenti.
Di episode berikutnya, aku akan menceritakan bagaimana aku kembali ke sungai melalui akar tanaman, dan bagaimana aku menghadapi tantangan baru dalam perjalanan itu. Sampai jumpa, dan ingatlah, setiap tetes air membawa kehidupan di dalamnya.